Artinya
Setelah itu aku berkata: Dia adalah junjungan kita, Nabi Muhammad bin Abdullah bin Abdil Muththalib. Namanya (nama Abdul Muthalib) adalah Syaibatul Hamdi, dan perilaku-perilakunya yang luhur itu terpuji. Ia putra Hasyim, yang nama sebenarnya ‘Amr, putra Abdi Manaf, yang nama sebenar-nya Mughirah, yang keluhuran itu dicitrakan kepadanya karena kemuliaan nasabnya. Ia putra Qushay, yang nama sebenarnya Mujammi’. Disebut Qushaiy karena jauhnya (ia pergi) ke negeri Qudha‘ah yang jauh. Sampai Allah Ta‘ala mengembalikannya ke tanah haram (suci) dan terhormat, lalu Dia memeliharanya dengan suatu pemeliharaan yang sesungguhnya.
Setelah itu aku berkata: Dia adalah junjungan kita, Nabi Muhammad bin Abdullah bin Abdil Muththalib. Namanya (nama Abdul Muthalib) adalah Syaibatul Hamdi, dan perilaku-perilakunya yang luhur itu terpuji. Ia putra Hasyim, yang nama sebenarnya ‘Amr, putra Abdi Manaf, yang nama sebenar-nya Mughirah, yang keluhuran itu dicitrakan kepadanya karena kemuliaan nasabnya. Ia putra Qushay, yang nama sebenarnya Mujammi’. Disebut Qushaiy karena jauhnya (ia pergi) ke negeri Qudha‘ah yang jauh. Sampai Allah Ta‘ala mengembalikannya ke tanah haram (suci) dan terhormat, lalu Dia memeliharanya dengan suatu pemeliharaan yang sesungguhnya.
Ia putra Kilab,
nama sebenarnya Hakim, putra Murrah, putra Ka‘ab, putra Luayy, putra Fihr, yang
nama sebenarnya Quraisy. Dan kepadanya dinasabkan semua suku Quraisy. Orang
yang di atasnya adalah dari Kabilah Kinanah, sebagaimana pendapat banyak orang.
Ia (Fihr) adalah putra Malik, putra Nadhr, putra Kinanah, putra Khuzaimah,
putra Mudrikah, putra Ilyas. Dan Ilyas ini adalah orang pertama yang
mengorbankan unta ke tanah haram (Baitul Haram). Dan di tulang punggungnya,
terdengar Nabi SAW menyebut dan memenuhi panggilan Allah Ta‘ala. Ia (Ilyas)
adalah putra Mudhar bin Nizar bin Ma‘ad bin Adnan.
Inilah kalung
yang butiran-butiran mutiaranya terangkai oleh sunnah yang tinggi. Untuk
menyebutkan orang-orang di atasnya (di atas Adnan) sampai kepada Al-Khalil,
Nabi Ibrahim, Syari‘ (yakni Nabi) menahan dan enggan menyebutnya. Dan tidak
diragukan lagi, menurut orang-orang yang memiliki ilmu nasab, nasab Adnan
sampai kepada Dzabih (orang yang akan disembelih), yakni Ismail.
Alangkah
agungnya nasab itu dari untaian permata yang bintangnya gemerlapan. Bagaimana
tidak, sedangkan tuan yang paling mulia (Nabi Muhammad SAW) adalah pusatnya
yang terpilih. Itulah nasab yang diyakini ketinggiannya karena kebersihannya.
Bintang Jauza‘ (Aries) telah merangkai bintang-bintangnya. Alangkah indahnya untaian kesempurnaan dan
kemegahan, sedangkan engkau padanya merupakan permata tunggal yang terpelihara.
Alangkah
mulianya keturunan yang disucikan oleh Allah Ta‘ala dari perzinaan Jahiliyyah.
Zain Al-Iraqi menuturkan dan meriwayatkannya di dalam karangannya yang bagus.
Tuhan memelihara nenek moyangnya yang mulia (dari perbuatan nista) karena
memuliakan Muhammad, yaitu untuk menjaga namanya. Mereka meninggalkan perzinaan,
maka cacat perzinaan itu tidak menimpa mereka, dari Adam sampai ayah-ibu
beliau. Mereka adalah para pemimpin yang cahaya kenabian berjalan di garisgaris
dahi mereka yang cemerlang. Dan jelaslah cahayanya (Nabi Muhammad) di dahi
datuknya, Abdul Muththalib, dan anaknya, Abdullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berikan komentar anda, karena komentar anda sangat berarti bagi saya
terimaksih ^_^